Kampung Warna-Warni Samarinda: Cerita Baru di Tengah Kota Tua

kampung warna-warni samarinda

Kampung Warna-Warni Samarinda: Dulu, kawasan bantaran Sungai Mahakam ini hanyalah deretan rumah padat penduduk yang tampak kusam dari kejauhan. Samarinda mengenalnya sebagai kawasan kota tua—tempat berjejal rumah semi permanen, anak-anak berlarian di lorong sempit, dan nelayan menjemur jaringnya di pinggir sungai.

Namun segalanya berubah ketika warna datang.

Bukan cuma cat—tapi semangat baru, harapan baru, dan cerita baru dari jantung kota yang mulai berdenyut kembali.

Dari Pinggiran yang Terlupakan ke Spot Foto Populer

kampung warna-warni samarinda

Kampung ini tak lagi hanya sekadar tempat tinggal. Sejak dilukis warna-warni, rumah-rumah yang saling bertumpuk di tepian sungai kini terlihat seperti lukisan hidup dari atas jembatan Mahakam. Instagenik? Sudah pasti. Tapi kampung ini lebih dari sekadar latar selfie.

Warga sekitar menyulap dinding rumah mereka jadi mural. Tangga dicat seperti pelangi, pagar diberi sentuhan seni. Bahkan perahu-perahu kecil yang biasa dipakai nelayan kini berhiaskan gambar kartun, batik, atau motif lokal Kalimantan. Semuanya menghidupkan suasana yang dulunya sepi dan murung.

Tak hanya wisatawan, warga Samarinda sendiri kini lebih sering mampir untuk sekadar duduk sore, jajan es, atau ajak anaknya lari-larian di gang sempit yang kini terasa seperti lorong galeri.

Baca Juga : Loksado – Di Antara Bambu yang Mengalir dan Bukit yang Tenang

Kreativitas Lokal yang Berakar dari Warga

kreatifitas lokal

Proyek peremajaan kampung ini bukan ide dari luar. Semua berawal dari komunitas muda di Samarinda yang ingin membuat kampung mereka lebih layak huni, lebih ceria. Warga pun ikut—ada yang menyumbang cat, ada yang melukis, dan ada yang membersihkan jalanan.

Pemerintah setempat akhirnya mendukung inisiatif ini dan kini menjadikan kampung warna-warni sebagai salah satu destinasi wisata kota Samarinda yang sedang naik daun.

Namun di balik warna, tetap ada cerita harian: ibu-ibu yang menjemur pakaian, anak-anak yang main bola plastik, dan suara azan dari surau kecil yang mengingatkan kita bahwa kampung ini tetaplah rumah bagi banyak orang.

Baca Juga : Potret Kalimantan — Cerita Bumi Putera dari Sela-sela yang Tak Dicari

Bukan Cuma Visual, Tapi Juga Potensi Ekonomi

mural kampung warna-warni samarinda

Seiring ramainya pengunjung, warga mulai membuka usaha kecil. Ada yang jual kopi botolan, pisang goreng, sampai kerajinan tangan. Beberapa rumah dijadikan homestay sederhana untuk pelancong yang ingin merasakan suasana kampung secara langsung.

Kampung ini perlahan berubah menjadi ruang hidup yang inklusif. Seni tidak hanya mempercantik, tapi juga menghidupkan. Wisatawan yang datang bukan cuma memotret, tapi juga berinteraksi: ngobrol dengan warga, belajar membatik, bahkan ikut melukis mural kecil di salah satu tembok kosong.

Baca Juga : Ketika Kalimantan dan Bali Bertemu – Jejak Budaya di Tengah Tanah yang Bergerak

Si Dana, Pelukis Jalanan yang Merajut Kebersamaan

Sesekali, jejak warna di sudut kampung bukan datang dari seniman yang ternama, tapi dari tangan muda yang siap merajut kebersamaan lewat mural. Salah satunya adalah Dana (atau dikenal @dna.ngck), seniman lokal yang aktif di Komunitas Perupa Roemah Kajoe. Sejak 2021, komunitas ini rutin mengadakan mural bersama di berbagai sudut Samarinda, khususnya di Taman Budaya Provinsi Kalimantan Timur. (sumber: visualjalanan.org).

anak-anak belajar mural di kampung warna-warni samarinda

Dana bukan sekadar mengecat tembok. Ia membawa semangat collaborative art. Lewat kegiatan mural bersama siswa sekolah dan seniman lain, ia ingin mengajak warga mengenang kebudayaan Kalimantan sekaligus merangkum keberagaman dalam sebuah warna besar masyarakat. (sumber: visualjalanan.org)

collaboration art
dokumentasi oleh Dana

Menurutnya, mural bukan hanya estetika—tapi pernyataan identitas. Setiap goresannya merekam cerita lokal: bambu, enggang, Mahakam, dan wajah-wajah yang melebur dalam keramahan kota tepian. Dana pun memfasilitasi anak-anak muda untuk turut mewarnai, memberi mereka ruang berekspresi yang sehat dan bermakna.

Baca Juga : Ketika Destinasi Kalimantan Tak Lagi Hanya Soal Wisata

Menemukan Samarinda yang Lain

Bagi banyak orang, Samarinda dikenal sebagai kota industri, tambang, dan pusat perlintasan. Tapi di balik semua itu, kota ini juga punya wajah lain—lebih lembut, lebih berwarna, dan penuh kehidupan.

Kampung warna-warni Samarinda jadi bukti bahwa transformasi kota tidak harus selalu lewat beton dan aspal. Kadang, cukup lewat warna, cinta, dan gotong-royong.

You Might Also Like

2 Comments

  1. Balangan Beach Bali - Saat Laut Bicara Perlahan - Destinasi Bali

    […] Dari atas sana, banyak pasangan prewedding, peselancar yang memantau gelombang, dan beberapa wisatawan duduk terdiam, memandang laut tanpa […]

  2. Bukan Sekadar Minuman Biasa, Ini 5 Alasan Kenapa Liang Teh Pontianak Selalu Diburu!

    […] Baca Juga : Kampung Warna-Warni Samarinda: Cerita Baru di Tengah Kota Tua […]

Leave a Reply