Tapak Kuno Tanjung Selor – Di Mana Sejarah dan Hutan Bertemu

tanjung selor

Di ujung utara Kalimantan, jauh dari hiruk ibu kota dan gemerlap pariwisata massal, ada satu kota kecil yang menyimpan sejarah besar—Tanjung Selor, ibu kota Kalimantan Utara. Kota ini mungkin tak sepopuler Balikpapan atau Pontianak, tapi di balik diamnya, ada jejak panjang peradaban yang sempat menjadi pusat kekuasaan, dan kini berdampingan damai dengan belantara hutan tropis yang masih tegak berdiri.

Jejak Kesultanan di Tengah Rimba

museum kesultanan bulungan di tanjung selor

Museum Kesultanan Bulungan

Tanjung Selor adalah tanah yang pernah menjadi pusat Kesultanan Bulungan, sebuah kerajaan tua yang menjalin hubungan dengan pedagang-pedagang dari Kesultanan Sulu, Makassar, hingga Belanda. Di sinilah sejarah mencatat persilangan jalur rempah, kayu ulin, dan kekuasaan.

Sisa-sisa kejayaan itu kini hanya tinggal tapak, namun tetap terasa jika kamu datang langsung. Ada Museum Kesultanan Bulungan, bangunan yang dulunya merupakan istana sultan, kini menjadi tempat penyimpanan benda pusaka, foto-foto lama, dan narasi sejarah lokal. Walau tidak megah, tempat ini menyimpan roh masa lalu yang tak bisa dibohongi—tentang bagaimana sebuah wilayah terpencil bisa memiliki pengaruh yang besar, bahkan sebelum Republik ini berdiri.

Baca Juga : Beach House Balikpapan – Satu Hari Di Antara Laut dan Hening

Antara Sungai, Akar, dan Awan

sungai besar di tanjung selor.

Yang unik dari Tanjung Selor adalah keberadaannya yang berdampingan erat dengan alam liar Kalimantan. Sungai Kayan, sungai besar yang mengalir tenang namun tegas, menjadi nadi utama transportasi dan kehidupan. Dari dermaga kayu di pinggir kota, lo bisa menyewa perahu untuk menyusuri arusnya menuju pedalaman—ke desa-desa Dayak, atau sekadar menikmati hijaunya pohon dan birunya langit yang tidak diganggu kabel listrik dan gedung tinggi.

Tak jauh dari pusat kota, bentangan hutan tropis masih ada. Hutan Lindung Sungai Kayan–Mentarang adalah salah satu ekosistem paling penting di Kalimantan, rumah bagi spesies langka seperti orangutan, kucing hutan, dan berbagai burung endemik. Di sini, hutan bukan cuma latar, tapi juga identitas dan pelindung.

Baca Juga : Goa Batu Hapu – Tapak Purba di Tengah Alam Hulu Sungai

Wajah Baru dan Ketegangan Diam

Namun seperti banyak tempat lain, Tanjung Selor juga sedang berada di persimpangan. Rencana pembangunan dan pengembangan kawasan strategis nasional membawa harapan sekaligus tanya. Apakah kota ini akan tetap teduh dan setia pada akarnya? Atau akan berubah menjadi citra kota modern yang kehilangan rasa?

Beberapa warga lokal mulai merasakan tekanan atas perubahan. Lahan-lahan yang dulu leluasa untuk berkebun kini mulai tergeser. Tetapi sebagian yang lain melihat ini sebagai peluang—peluang agar Tanjung Selor tak lagi hanya disebut kota kecil yang dilupakan peta.

Baca Juga : Perempuan Penjaga Hutan – Suara Sunyi dari Pinggir Rimba

Perjalanan yang Layak Ditempuh

jalanan dekat area hutan

Untuk sampai ke Tanjung Selor, kamu bisa terbang dari Balikpapan atau Tarakan, lalu lanjut perjalanan darat atau menyusuri sungai. Meski aksesnya belum semudah kota-kota besar, tapi justru di situ keindahannya: perjalanan ke tempat ini adalah tentang kesabaran dan penghargaan. Tentang melihat lanskap Kalimantan apa adanya—liar, jujur, dan menenangkan.

Baca Juga : Malinau dan Malam yang Tak Dikenal

Sebuah Hening yang Penuh Suara

sungai kayan - tanjung selor

Tanjung Selor mungkin kecil, mungkin sepi. Tapi justru di sanalah kekuatannya. Di antara sisa istana dan bisikan hutan, kita diingatkan bahwa Indonesia tidak hanya hidup di tempat yang ramai. Ada yang tumbuh diam-diam, di ujung peta, namun menyimpan cerita dan daya tahan yang luar biasa.

Mungkin, dalam tenangnya Tanjung Selor, kita belajar: bahwa kemajuan bukan selalu soal meninggalkan masa lalu, tapi tentang merawatnya agar tetap hidup—di bawah rindang hutan, di tepian sungai, dan di hati mereka yang masih percaya bahwa tanah ini punya ruh.

You Might Also Like

3 Comments

  1. Satu Malam di Lamin – Menyimak Cerita di Rumah Panjang Suku Dayak

    […] Baca Juga : Tapak Kuno Tanjung Selor – Di Mana Sejarah dan Hutan Bertemu […]

  2. Gunung Payung – Di Balik Tebing dan Sunyi Pantai Selatan - Destinasi Bali

    […] sunyi yang mengingatkan kita tentang laut yang tak butuh nama, pasir yang tak butuh pengakuan, dan suara alam yang tak pernah […]

  3. Ketika Destinasi Kalimantan Tak Lagi Hanya Soal Wisata

    […] Baca Juga : Tapak Kuno Tanjung Selor – Di Mana Sejarah dan Hutan Bertemu […]

Leave a Reply